4 Kekacauan Yang Terjadi Dalam 30 Hari Kepresidenan Bolsonaro

Status
Not open for further replies.

politik

New Member
Empat kekacauan telah terjadi dalam 30 hari kepresidenan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Ia tampaknya masih tidak memiliki rencana yang jelas yang akan memungkinkannya mempertahankan popularitasnya, membuat semua pendukungnya bahagia, dan mengubah nasib negara ekonomi terbesar di Amerika Latin itu. Akibatnya, terlepas dari jajak pendapat yang menguntungkan dan indeks saham mencapai rekor tertinggi, namun basis sayap kanan yang bersatu yang memberi Bolsonaro jabatan presidennya, tampaknya perlahan-lahan mulai hancur.

Oleh: Raphael Tsavkko Garcia (Al Jazeera)

Presiden baru Brasil, Jair Bolsonaro, belum menghabiskan bulan pertamanya menjabat sebagai presiden, dan keretakan mulai muncul di basis pemilih elektoralnya.

Bolsonaro—seorang mantan perwira militer yang menjadi anggota Kongres Brasil selama hampir tiga dekade tanpa meninggalkan jejak legislatif—menjadi terkenal tahun lalu setelah mendapatkan dukungan yang signifikan dari kelompok-kelompok sayap kanan yang bertentangan.

Dari para anggota Free Brazil Movement (MBL) yang mencintai pasar bebas hingga fundamentalis religius, dari pengikut “filsuf” sayap kanan dan peramal Olavo de Carvalho hingga para konservatif tradisional dan intervensionis pro-militer, hampir semua aktivis sayap kanan terkemuka Brasil bersatu di belakang politikus populis tersebut.

Bahkan para Integralistas—sebuah gerakan fasis yang didirikan di Brasil pada tahun 1930-an—dan para monarkis menyatakan dukungan mereka untuk “Bolsonarisme.”

Bolsonaro berhasil menyatukan kelompok-kelompok dengan tujuan politik, ekonomi, dan sosial yang begitu beragam dengan berjanji untuk memerangi korupsi, “ideologi gender”, dan “Marxisme budaya.” Dia berjanji untuk memberikan utopia sayap kanan—didefinisikan oleh machismo, nasionalisme, fundamentalisme Kristen, dan kapitalisme agresif—tetapi menahan diri untuk tidak mengungkapkan bagaimana dia akan melakukan transformasi ini.

Sepanjang kampanye pemilihannya, politikus populis tersebut tidak pernah mengedepankan agenda ekonomi atau kebijakan luar negeri yang terperinci, atau menjelaskan bagaimana ia akan memenuhi harapan yang sangat kontradiktif dari kelompok-kelompok yang memungkinkan strategi kepresidenannya menjadi mungkin untuk dijalankan.

Sekarang, 30 hari memasuki masa jabatan pertamanya, Bolsonaro tampaknya masih tidak memiliki rencana tindakan yang jelas yang akan memungkinkannya mempertahankan popularitasnya, membuat semua pendukungnya bahagia, dan mengubah nasib negara ekonomi terbesar di Amerika Latin itu.

Akibatnya, meskipun jajak pendapat yang menguntungkan dan indeks saham mencapai rekor tertinggi, namun basis sayap kanan yang bersatu yang memberi Bolsonaro jabatan presidennya, tampaknya perlahan-lahan mulai hancur.

1) KABINET YANG BERAGAM
Setelah menjabat, Bolsonaro segera membuat serangkaian janji kabinet untuk menyenangkan semua kelompok yang mendukung pencalonannya.

Presiden itu menjadikan hakim anti-korupsi Sergio Moro sebagai Menteri Kehakiman untuk memuaskan mereka yang memilihnya, dengan harapan bahwa ia akan mengakhiri korupsi. Dia menunjuk bankir liberal, Paulo Guedes, Menteri Ekonomi yang sejalan dengan tuntutan lobi bisnis besar.

Bolsonaro memberi pastor evangelis Damares Alves jabatan Menteri Wanita, Keluarga, dan Hak Asasi Manusia untuk menyenangkan pendukungnya yang paling konservatif. Dia juga memberi akademisi sayap kanan Ricardo Velez Rodriguez posisi Menteri Pendidikan, dan Ernesto Araujo—seorang diplomat yang percaya bahwa dia sedang berjuang dalam perang salib untuk membela agama Kristen—menjadi Menteri Luar Negeri untuk menyenangkan berbagai kelompok konservatif lainnya, termasuk pengikut de Carvalho.

Namun, bahkan pengangkatan strategis ini tidak dapat menghentikan perpecahan basis pemilihnya, dan beberapa sekutunya mempertanyakan kemampuan presiden tersebut untuk memenuhi janjinya.

Baca Artikel Selengkapnya di sini
 
Status
Not open for further replies.
Loading...

Thread Terbaru

Post Terbaru

Top