Akankah Undang-undang Syariah Di Brunei Menyebar Di Asia Tenggara?

Status
Not open for further replies.

politik

New Member
Undang-undang syariah di Brunei yang akan menjatuhkan hukuman mati dengan cara dirajam bagi LGBT, menimbulkan kekhawatiran apakah hukum syariah akan menyebar di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Pada bulan September 2018, dua wanita LGBT dicambuk di depan umum di Malaysia, dan provinsi Aceh di Indonesia telah sejak lama menerapkan hukum syariah.

Oleh: Ben Westcott (CNN)

Undang-undang Syariah di Brunei yang baru, yang menjatuhkan hukuman mati untuk hubungan s3ks homoseksual dengan dilempari batu (dirajam), telah mengirimkan gelombang ketakutan di seluruh masyarakat LGBT di negara tetangga, Malaysia dan Indonesia.

Pada tanggal 3 April, kerajaan kecil Brunei yang kaya minyak memperkenalkan aturan hukum Islam yang ketat, yang mewajibkan hukuman mati untuk perzinahan dan hubungan s3ks antara sesama pria, serta hukuman cambuk untuk s3ks lesbian, dan amputasi untuk kejahatan seperti pencurian.

Ini memicu gelombang kecaman dari negara-negara Barat dan selebritis. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet, pada 1 April menggambarkan undang-undang itu sebagai “kejam” dan kemunduran untuk hak asasi manusia.

Tetapi di seberang perbatasan Brunei, di Indonesia dan Malaysia—keduanya negara mayoritas Muslim—pemerintah mengambil sikap diam.

Kurangnya tanggapan dari para pemimpin terkemuka di Asia Tenggara, kemungkinan akan memicu kekhawatiran tentang kebangkitan Islam konservatif di wilayah ini, dan konsekuensi bagi agama dan orientasi 's3kzual' minoritas.

Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok Muslim konservatif telah menjadi kekuatan di wilayah tersebut, yang mendorong kepatuhan yang lebih dekat pada nilai-nilai Islam yang lebih kaku dan mengintimidasi pemerintah nasional.

Di satu provinsi di Indonesia, orang gay dipermalukan dan dicambuk di depan umum. Seorang gubernur Kristen Jakarta dijebloskan ke penjara dengan tuduhan penistaan. Dan pada bulan Maret, Menteri Pariwisata Malaysia mengklaim bahwa tidak ada orang gay di negaranya.

Juru kampanye hak LGBT Malaysia Thilaga Sulathireh, mengatakan bahwa hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas gay, bahwa tindakan keras itu bisa menyebar.

“Semua hal ini menciptakan banyak ketakutan bagi orang-orang dan banyak ketidakpastian,” katanya. “Apa yang akan terjadi pada hidup kami dan masa depan kami?”

CNN menghubungi pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk meminta komentar.

Baca Artikel Selengkapnya di sini
 
Status
Not open for further replies.
Loading...
Top