politik
New Member
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaidó telah meminta militer dan warga sipil untuk bangkit melawan Presiden Nicolás Maduro. Hari Selasa (30/4), ribuan orang berunjuk rasa di jalanan ibu kota Venezuela, Caracas, di mana bentrokan terjadi antara pendukung oposisi dan pasukan yang setia kepada presiden yang memperparah krisis Venezuela. Tetapi pada akhirnya, Maduro masih berkuasa, dan ia menyampaikan pidato kepada negara malam itu dari istana kepresidenan dengan menyatakan bahwa ia masih memegang kendali atas pemerintahan.
Oleh: Megan Specia (The New York Times)
Sehari setelah pihak oposisi Venezuela menyatakan pemberontakan terhadap Presiden Nicolás Maduro, ketidakpastian yang mencekam mencengkeram negara itu hari Rabu (1/5), dengan kedua belah pihak menyerukan pasukan pendukung masing-masing untuk turun ke jalan.
Para demonstran anti-pemerintah, didampingi oleh anggota pasukan keamanan, mengikuti seruan oleh pemimpin oposisi Juan Guaidó untuk bangkit melawan Maduro, yang disebutnya “fase terakhir” dalam upaya menggulingkan pemimpin sosialis. Masing-masing menyerukan para pendukungnya untuk menunjukkan kekuatan besar di depan umum hari Rabu (1/5), meningkatkan risiko konfrontasi dengan kekerasan.
Venezuela telah berada di ambang konflik selama berbulan-bulan. Bulan Januari 2019, Majelis Nasional menolak untuk mengakui kemenangan Maduro dalam sebuah pemilihan yang menurut mereka telah dicurangi. Guaidó kemudian menyatakan dirinya sebagai presiden sementara, sebuah tantangan langsung bagi kepemimpinan Maduro.
Hari Selasa (30/4), ribuan orang berunjuk rasa di jalanan ibu kota Venezuela, Caracas, di mana bentrokan terjadi antara pendukung oposisi dan pasukan yang setia kepada presiden. Tetapi pada akhirnya, Maduro masih berkuasa, dan ia menyampaikan pidato kepada negara malam itu dari istana kepresidenan dengan menyatakan bahwa ia masih memegang kendali atas pemerintahan.
Berikut ini fakta-fakta yang diketahui ketika Venezuela bersiap melangsungkan protes hari kedua.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Megan Specia (The New York Times)
Sehari setelah pihak oposisi Venezuela menyatakan pemberontakan terhadap Presiden Nicolás Maduro, ketidakpastian yang mencekam mencengkeram negara itu hari Rabu (1/5), dengan kedua belah pihak menyerukan pasukan pendukung masing-masing untuk turun ke jalan.
Para demonstran anti-pemerintah, didampingi oleh anggota pasukan keamanan, mengikuti seruan oleh pemimpin oposisi Juan Guaidó untuk bangkit melawan Maduro, yang disebutnya “fase terakhir” dalam upaya menggulingkan pemimpin sosialis. Masing-masing menyerukan para pendukungnya untuk menunjukkan kekuatan besar di depan umum hari Rabu (1/5), meningkatkan risiko konfrontasi dengan kekerasan.
Venezuela telah berada di ambang konflik selama berbulan-bulan. Bulan Januari 2019, Majelis Nasional menolak untuk mengakui kemenangan Maduro dalam sebuah pemilihan yang menurut mereka telah dicurangi. Guaidó kemudian menyatakan dirinya sebagai presiden sementara, sebuah tantangan langsung bagi kepemimpinan Maduro.
Hari Selasa (30/4), ribuan orang berunjuk rasa di jalanan ibu kota Venezuela, Caracas, di mana bentrokan terjadi antara pendukung oposisi dan pasukan yang setia kepada presiden. Tetapi pada akhirnya, Maduro masih berkuasa, dan ia menyampaikan pidato kepada negara malam itu dari istana kepresidenan dengan menyatakan bahwa ia masih memegang kendali atas pemerintahan.
Berikut ini fakta-fakta yang diketahui ketika Venezuela bersiap melangsungkan protes hari kedua.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
