Mari Belajar Sejarah: Mencari Kebenaran Yang Terlupakan

Status
Not open for further replies.

infoana

New Member
Pengetahuan aku perihal 1965 sebetulnya sangat minim. Lebih berasal dari sepuluh tahun bermukim di luar Indonesia, memicu aku hampir lupa perihal moment G-30S di tahun 1965, tidak benar satu periode terburuk/tergelap di dalam sejarah Indonesia. Hingga beberapa tahun lalu. Digugah rasa penasaran, aku lihat The Act of Killing karya Joshua Oppenheimer.

Film yang banyak diperbincangkan itu kemudian mengusik keingintahuan aku perihal moment G-30S. Mulailah aku menelusuri ingatan jaman kecil, membaca artikel-artikel secara online, dan menanyakan kepada orangtua perihal perihal 1965.

Salah satu yang aku ingat berasal dari pendidikan di SD yakni kunjungan ke Lubang Buaya tiap tiap tahun. Juga pelajaran sejarah soal moment tragis yang memakan banyak korban, di antaranya cerita perihal enam jenderal yang dimutilasi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

Buku pelajaran sekolah tetap menggambarkan kekejaman PKI. Kami juga diberi PR untuk lihat dan merangkum film Pengkhianatan G 30 S-PKI. Waktu kecil, aku tidak habis pikir mengapa kami anak SD wajib lihat film sekeji dan sesadis itu. Sebagai anak yang tidak puas film horor, lihat film perihal pembunuhan adalah hal yang tidak menyenangkan membuat saya.

Beruntung, ibu memaklumi ketidaksukaan aku dan menolong mengerjakan PR, tanpa aku wajib lihat film itu. Mungkin aku juga segelintir orang yang lahir di jaman pemerintahan Soeharto yang tidak dulu lihat Pengkhianatan G 30 S-PKI sampai selesai.

Sekolah mengharuskan aku untuk tidak gawat menanyakan perihal komunisme atau PKI. Namun, aku mendapat cerita dengan versi yang sedikit tidak sama berasal dari orangtua. Beberapa kawan kuliah ibu adalah anak-anak berasal dari PKI, dan mereka sangat bersyukur karena sanggup kuliah di kampus terkemuka. Banyak anak eks PKI dipersulit untuk mendapat pendidikan, mencari pekerjaan dan mendapat promosi di pekerjaannya.

Kakek sepupu aku juga sempat dipenjara atas tuduhan terlibat di PKI. Dia dipenjara tanpa diadili dan tanpa bukti yang kuat. Menurut ibu, terhadap jaman itu, banyak yang memakai moment G-30 S untuk kepentingan diri sendiri. Misalnya memfitnah orang-orang yang tidak disukainya bahwa mereka perihal dengan PKI. Banyak orang tidak bersalah menjadi korban; entah dipenjara atau dibunuh.

Mundur sejenak berasal dari seluruh detil suram, kami mulai bertanya-tanya, “siapa dalang di balik ini?” atau, “siapa yang akan menarik keuntungan berasal dari tragedi ini?” Rezim Soeharto? Amerika? Keduanya? Mudwise Atau, apakah ternyata serupa dengan banyak tragedi di belahan dunia lain; bahwa Indonesia tahun 1965 sekedar tidak benar satu medan perang antara dua kekuasaan utama dunia (dalam masalah ini Amerika dan Rusia),yang mencoba mengklaim wilayah untuk mereka, dengan mengorbankan masyarakat lokal.

Sepanjang sejarah, kami sudah menyaksikan hal semacam ini. Perebutan kekuasaan antara Inggris - Rusia di Asia Tengah terhadap 1800-an, sampai perang nuklir yang hampir berjalan antara Amerika dan Rusia di Kuba; yang berjarak ratusan kilometer berasal dari negara-negara itu. Juga, apa yang tengah berjalan di Suriah pas ini.

Tragedi semacam ini tetap berulang; tetap mengorbankan masyarakat lokal dan mengorbankan warga yang tidak bersalah. Jadi, pas keluar pertanyaan perihal haruskah pemerintah Indonesia meminta maaf kepada warganya atas perihal 1965, jujur, aku tidak tahu. Pernahkah Rusia (atau pemberontak yang didukung Rusia) meminta maaf karena sudah menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines di Ukraina? Sudahkah Amerika mengakui kekacauan yang mereka memicu di Suriah? Jadi, haruskah pemerintah lokal bertanggungjawab? Entahlah.

Menurut saya, pertanyaan yang lebih penting adalah, bagaimana kami wajib bertindak ke depan. Kisah apa yang wajib kami ceritakan ke generasi muda, dan pelajaran apa yang sanggup kami ambil berasal dari seluruh itu. Blog online seperti “Ingat 1965” adalah layanan penting di dalam usaha melibatkan dan mengedukasi para generasi muda perihal apa yang sebetulnya terjadi.

Pada zaman Orde Baru, buku-buku sejarah dan kelas-kelas di sekolah sekedar alat propaganda yang digunakan rezim itu untuk mengendalikan masyarakatnya. Saya sungguh berharap, kelas-kelas sejarah di Indonesia pas ini sudah berubah menjadi area yang penuh dengan diskusi terbuka, yang mendorong para murid untuk mengutarakan pertanyaan-pertanyaan berani, untuk saling berdebat dan menantang ide-ide populer.

Untuk menjadi bangsa yang hebat, aku percaya kami wajib mengetahui, dan paham apa yang sudah dialami bangsa ini. Sudah saatnya juga masyarakat dan kalangan akademis memperlakukan sejarah bangsa dengan antusiasme yang serupa seperti mereka memperlakukan perkembangan ilmu pasti. Karena sejarah Indonesia adalah bagian penting berasal dari identitas kita. Kita wajib paham asal-usul kita, supaya jangan sampai mengulang kekeliruan yang sama.

Memang, tidak ringan dan sangat sulit. Khususnya bagi bangsa yang miliki beranekaragam suku dan bhs di lebih berasal dari 17.000 pulau. Namun pengharapan aku tidak dulu putus, untuk Indonesia yang lebih baik.
 
Status
Not open for further replies.
Loading...

Thread Terbaru

Post Terbaru

Top