Meski Unggul Dalam Survei, Jokowi Gunakan Cara Yang Salah Untuk Menang

Status
Not open for further replies.

politik

New Member
Presiden Jokowi memang unggul dalam survei Pilpres 2019. Namun dia telah meninggalkan banyak idealismenya yang sebelumnya telah ia suarakan. Dalam politik Indonesia, tidak ada teman atau lawan yang abadi. Itu bisa berubah sesuai kepentingan. Jokowi memilih ulama Islam sebagai calon wakil presidennya dan mulai menekan kebebasan sipil. Upayanya untuk memenangkan suara ini justru dapat membuat mereka yang dulu mendukungnya menjadi menjauh darinya.

Oleh: The Economist

Amerika Serikat (AS) memiliki lebih banyak warga negara, tetapi tidak banyak dari mereka yang memilih. Para pemilih India jauh lebih banyak, tetapi mereka membagi pemilu nasionalnya menjadi tujuh fase yang tersebar selama beberapa minggu, untuk membuat prosesnya lebih mudah dikelola.

Jadi pada 17 April 2019, ketika 193 juta masyarakat Indonesia memilih presiden, anggota parlemen, dan perwakilan daerah, kemungkinan itu akan menjadi hari pemungutan suara terbesar dalam sejarah dunia.

Dalam pemilu tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadapi Prabowo Subianto—seorang mantan jenderal—seperti pada Pilpres 2014.

Jokowi adalah seorang pengusaha kecil dan mantan Wali Kota Solo, yang telah bekerja keras untuk meningkatkan kehidupan masyarakat miskin Indonesia. Dia telah meluncurkan skema asuransi kesehatan nasional, mengalirkan uang untuk pendidikan, dan menjalankan banyak proyek infrastruktur baru.

Meskipun dia belum berhasil mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi tujuh persen, seperti yang dia janjikan, namun fokusnya—yakni pembangunan—sudah sesuai rencana.

Prabowo menyatakan dirinya sebagai pemimpin kuat—suatu nada yang menakutkan mengingat bahwa, sebagai seorang jenderal, ia membela ayah mertuanya, Soeharto, diktator Indonesia dari tahun 1967 hingga 1998. Ia berjanji untuk menjadi seorang nasionalis di bidang ekonomi lebih daripada Jokowi, dan untuk membuat Indonesia hebat lagi.

Dia telah mendekati apa yang dianggap sebagai kelompok Islamis radikal, tanpa ragu dilaporkan telah memanfaatkan rumor yang beredar di media sosial, bahwa Jokowi adalah seorang Kristen atau komunis—sebuah taktik berbahaya di negara Muslim terbesar di dunia ini. Jika Prabowo terpilih, kemungkinan itu akan menjadi langkah mundur untuk demokrasi Indonesia yang berusia 20 tahun.

Oleh karena itu, sangat menggembirakan ketika sebagian besar jajak pendapat menunjukkan bahwa Jokowi unggul. Tetapi itu bukan berarti—sayangnya—bahwa demokrasi Indonesia sehat. Jokowi telah menjadikan dirinya calon yang diunggulkan, sebagian dengan meniru beberapa taktik Prabowo. Dia telah menasionalisasi tambang emas dan tembaga Freeport, dan mendorong anggaran untuk subsidi bahan bakar yang sebelumnya dia potong.

Dia telah mendekatkan dirinya sendiri dengan para jenderal dengan masa lalu yang kontroversial, seperti Wiranto, yang adalah kepala angkatan bersenjata ketika Timor Timur memilih kemerdekaan pada tahun 1999.

Baca Artikel Selengkapnya di sini
 
Status
Not open for further replies.
Loading...

Thread Terbaru

Post Terbaru

Top