Reaksi Labil Filipina Atas Insiden Laut China Selatan Buat China Kian Agresif?

Status
Not open for further replies.

politik

New Member
Bagaimana suatu negara bereaksi terhadap pertemuan “zona abu-abu” dengan agresor asing dapat berdampak signifikan pada interaksi mereka di masa depan. Terkait insiden di Laut China Selatan yang disengketakan tersebut, reaksi dari petinggi Filipina, termasuk Presiden Rodrigo Duterte kerap membingungkan. Dibandingkan dengan perubahan langkah Filipina, China telah menunjukkan reaksi yang dikalkulasi secara seksama dan konsisten, bahkan jika kita mungkin mempertanyakan laporan insiden yang dirilis oleh kedutaan China di Manila, yang mengatakan bahwa kapal China tidak dapat menyelamatkan 22 nelayan yang terjatuh ke laut karena “dikepung” oleh kapal-kapal Filipina.

Oleh: Collin Koh (South China Morning Post)

Hampir sebulan berlalu setelah kapal nelayan Filipina ditabrak oleh kapal China di dekat Reed Bank namun keresahan di Filipina belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Ketika China dan Filipina berupaya menentukan apa yang terjadi tanggal 9 Juni 2019 silam, berbagai pernyataan membingungkan dan terkadang kontroversial dilontarkan oleh para pejabat Filipina, termasuk Presiden Rodrigo Duterte.

Pemimpin yang terkenal karena ucapannya yang seringkali blak-blakan itu bukan yang pertama merespons ketika kabar insiden itu muncul.

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana awalnya bereaksi dengan marah atas insiden itu, menggambarkannya sebagai tindakan “disengaja” dari pihak China. Tetapi ketika Duterte memecah kesunyiannya dan mengatakan itu hanya “kecelakaan maritim kecil,” Lorenzana mulai berpendapat serupa.

Dalam putaran lain, nakhoda kapal penangkap ikan yang ditabrak mencabut tuduhan awalnya bahwa kapal China sengaja menabraknya.

Sambil menunggu hasil penyelidikan formal, kita dapat menyaksikan tanggapan yang kontras dari China dan Filipina.

Dibandingkan dengan perubahan langkah Filipina, China telah menunjukkan reaksi yang dikalkulasi secara seksama dan konsisten, bahkan jika kita mungkin mempertanyakan laporan insiden yang dirilis oleh kedutaan China di Manila, yang mengatakan bahwa kapal China tidak dapat menyelamatkan 22 nelayan yang terjatuh ke laut karena “dikepung” oleh kapal-kapal Filipina.

Spekulasi tersebar luas bahwa kapal China tersebut dioperasikan oleh milisi maritim. Meski demikian, insiden itu menjadi pelajaran penting tentang respons krisis yang membawa konsekuensi bagi bagaimana pemerintah bereaksi terhadap skenario “zona abu-abu” di masa depan.

Baca Artikel Selengkapnya di sini
 
Status
Not open for further replies.
Loading...

Thread Terbaru

Post Terbaru

Top