Mudahnya Mencegah Penularan Penyebab Difteri

Status
Not open for further replies.

hidupsehat

New Member
Meski sudah lama ada vaksinnya dan masuk dalam program imunisasi wajib di Indonesia, penyakit difteri muncul kembali beberapa tahun belakangan ini. Penyebab difteri adalah bakteri bernama Corynebacterium diphtheria yang bisa mengeluarkan racun untuk merusak jaringan tubuh.



Bakteri penyebab difteri awalnya menginfeksi tenggorokan dan saluran pernapasan atas, memengaruhi membrane lendir di hidung dan tenggorokan. Sekitar 5 -10 persen kasus difteri berakibat fatal, umumnya penyakit ini berdampak lebih parah pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun.

Penularan dan gejala difteri

Gejala awal difteri serupa dengan flu biasa, yaitu sakit tenggorokan, tidak enak badan, demam, sakit kepala dan berkurangnya nafsu makan. Saat penyakit makin berkembang, gejala-gejala yang menjadi ciri khas difteri akan mulai tampak yaitu adanya material berwarna abu-abu yang menempel pada jaringan rongga hidung, amandel, laring dan faring.

Material abu-abu tersebut disebut pseudomembrane yang merupakan sel-sel mati dan zat sisa dari racun bakteri penyebab difteri. Karena menempel pada jaringan di jalan napas, pseudomembrane akan menyebabkan penderita kesulitan bernapas.

Selain menyebabkan terbentuknya pseudomembran, racun bakteri juga bisa merusak jaringan tubuh seperti otot tenggorokan dan otot jantung. Racun yang menyerang otot tenggorokan membuat penderita susah menelan dan jika otot pernapasan juga terkena maka akan dibutuhkan alat bantu napas karena penderita bakal sulit bernapas sendiri.

Bila racun difteri menyerang otot jantung biasanya timbul miokarditis yang bersifat sementara, tapi jika infeksi sangat parah ada risiko menuju gagal jantung.

Difteri menular antar manusia dan disebarkan melalui udara, misalnya saat penderita batuk atau bersin yang menyemburkan bakteri ke udara kemudian udara terhirup oleh orang lain. Bisa juga menular melalui kontak dengan benda yang sudah terkontaminasi, misalnya penggunaan bersama alat makan dan minum, jika salah satu pengguna mengidap difteri yang gejalanya belum terlihat maka pengguna lain yang sehat akan tertular bakteri.

Perawatan dan pencegahan difteri

Perawatan medis dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk membasmi bakteri penyebab difteri dan pemberian antitoksin untuk menetralisir racun yang dikeluarkan bakteri. Perawatan penyakit difteri memakan waktu beberapa minggu dan penderita mesti diisolasi sampai ia tidak lagi bisa menularkan bakteri.

Biarpun ada obatnya, alangkah baiknya kalau kita mencegah difteri. Apalagi vaksin difteri yang sangat efektif juga sudah lama tersedia. Vaksin difteri berupa racun bakteri yang sudah dimodifikasi untuk membangkitkan kekebalan tubuh, diberikan sebanyak 5 kali sejak anak berusia 2 bulan hingga 6 tahun.

Vaksinasi difteri diberikan kombo bersama vaksin pertusis dan tetanus dengan nama vaksin DPT, termasuk dalam program imunisasi wajib dan gratis dilakukan di puskesmas serta posyandu.
 
Status
Not open for further replies.
Loading...
Top