Rokok Bisa Menyehatkan Perokok

Status
Not open for further replies.

Achmad Try

New Member
Profesor Sutiman Bambang Sumitro, Guru Besar Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, kini mengejutkan dunia kesehatan. Mengapa? Ia menemukan filter rokok yang konon bisa menyehatkan perokok.

Temuan ini berasal dari sebuah penelitian berjudul "Inovasi Mengurangi Dampak Negatif terhadap Merokok dan Memperkuat Dampak Positif Merokok dalam Meningkatkan Mutu Hidup". Penelitian dilakukan sejak tahun 2007.

Pasalnya, terkait permasalahan bangsa yang dinilai menuntut penyelesaian dengan kearifan lokal. Salah satu yang disorot adalah isu rokok. "Saya bukan perokok, karena seorang peneliti harus mengabaikan unsur subjektivitas dan mengajukan objektivitas ke depan," katanya, bertemu di Universitas Brawijaya, Malang, Rabu (29/6/2011).

Menurutnya, banyak peneliti menyebutkan bahaya merokok. Di sisi lain rokok sudah menjadi industri besar. Jika ditutup, ribuan pekerja akan kehilangan pekerjaan. "Pemikiran saya adalah bahwa pembuatan rokok kretek yang dibuat oleh nenek moyang, bukan tanpa fondasi, jelas dibuat untuk obat batuk, tapi faktanya tidak terbukti secara ilmiah," kata pria yang kini mengikuti program doktor di Universitas Nagoya, Jepang.

Seiring dengan globalisasi saat ini, rokok kretek membuat isu ini sebagai produk yang tidak sehat. Namun, anggapan itu tidak berdasarkan hasil penelitian yang memadai. "Ironisnya, isu ini bertiup dari luar negeri dan dibangun melalui hasil kegiatan penelitian asing, sementara pihak lokal kurang percaya diri untuk berinovasi pada rokok sehat, apalagi gagasan tentang rokok sehat memang bertentangan dengan arus," katanya.

Pemahaman itulah yang menjadi dasar Sutiman untuk mempelajari bahaya merokok. Lalu muncul pertanyaan apakah itu asap rokok asap terakhir itu berbahaya? "Dari itu sampai penelitian tahun 2007," katanya.

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan Sutiman saat itu adalah mengetahui bagaimana cara menghilangkan radikal bebas dari asap rokok. Ini dia lakukan dengan memodifikasi molekul makro yang terkandung dalam asap rokok melalui sentuhan teknologi.

Hasil penelitian tersebut diberi nama rokok ilahi. Bentuknya mirip dengan filter pada sebatang rokok. warnanya putih "Saya mempopulerkan penelitian saya sebagai nanobiologi kretek menjawab sehat," kata profesor biologi sel dan molekuler Universitas Brawijaya ini.

"Rokok ilahi adalah senyawa yang bisa menjinakkan radikal bebas, tapi, apapun senyawanya, masih dalam proses pematenan," kata Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang.

Bagi perokok, rokok ilahi cukup mudah, filter yang menempel pada rokok diambil dan kemudian diganti rokok ilahi. Dengan begitu, rokok ilahi menggantikan saringan asli pada rokok.

Rokok ilahi pengguna akan membuat rokok terasa lebih ringan saat disedot. "Apalagi saat merokok di ruangan ber-AC, tidak ada asap tebal dan tidak membuat ruangan berbau, juga tidak berbahaya bagi perokok pasif saat berdampingan," katanya.

Menurut Sutiman, asap rokok berasal dari pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan ribuan komponen berbahaya. Dari komponen ini, ada sekitar 5.000 komponen yang dapat diamati, seperti aseton, toluidin (cat), metaanol (semangat bahan bakar), polonium (radium), arsenik (tikus beracun), dan toluena (pelarut industri).

Radikal bebas dari asap rokok itu berbahaya, namun komponen toksiknya bisa diminimalkan. "Hasil penelitian rokok ilahi masih dalam tahap awal, jadi saya masih merancang penelitian lebih lanjut," katanya.

Namun, sejak rokok ilahi mulai beredar di daerah terbatas di Malang, dalam sehari ada permintaan sekitar 30 bungkus perokok berat. "Hasil itu digunakan untuk biaya penelitian lanjutan yang telah saya rancang," katanya.

Sejauh ini, ada dua studi lebih lanjut yang Sutiman akan kerjakan, yakni karakter tipe asap dan pengumpulan data dari pengguna rokok ilahi. "Ada 200 responden yang terlibat dalam penelitian ini," katanya.

Demi uji coba rokok ilahi, Sutiman mendirikan laboratorium swasta bernama Radical Free Decay Research Institute di Malang. "Biaya para donor," katanya.

Produksi rokok ilahi, menurut Sutiman, masih terbatas. Itu karena temuan masih menuai kontroversi di dunia kesahatan. "Temuan kami masih belum ditawarkan ke perusahaan rokok dan kami tidak menggunakan sistem pemasaran karena semuanya masih dalam tahap penyempurnaan," katanya.

Saringan rokok berukuran sekitar 7 milimeter panjangnya 2 sentimeter dari temuan Sutiman dikemas dalam plastik transparan. Harga per bungkus Rp 10.000, berisi 30 filter rokok.

(Kompas.com)
 
Status
Not open for further replies.
Loading...

Thread Terbaru

Top