Venezuela: Barat Serukan Pemilu Ulang, Maduro Unjuk Kekuatan Militer

Status
Not open for further replies.

politik

New Member
Presiden Nicholas Maduro mengabaikan seruan Barat untuk melakukan pemilihan umum di tengah krisis yang tengah terjadi di negaranya. Pada hari Minggu, Maduro unjuk kekuatan militer Venezuela. Maduro menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap otoritasnya setelah pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara, dengan alasan pemilihan yang berlangsung curang.

Oleh: Vivian Sequera (Reuters)

Presiden Nicolas Maduro mengawasi pertunjukan perangkat keras tentara Rusia pada hari Minggu (27/1), dengan meriam anti-pesawat dan tank menembaki lereng bukit untuk menunjukkan kekuatan militer dan kesetiaan dalam menghadapi ultimatum internasional yang menyerukan pemilihan umum baru.

Maduro, 56 tahun, menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap otoritasnya setelah pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara, dengan alasan pemilihan yang berlangsung curang. Guaido telah memenangkan dukungan luas internasional dan menawarkan amnesti kepada tentara yang bergabung dengannya.

Hari Minggu (27/1), Israel dan Australia bergabung dengan negara-negara yang mendukung pemimpin berusia 35 tahun itu, dan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan telah menerima tokoh oposisi Venezuela Carlos Alfredo Vecchio sebagai perwakilan diplomatik negara itu di Amerika Serikat.

Hari Minggu (27/1) pagi, bersama Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino, Maduro menyaksikan satu peleton tentara melepaskan tembakan granat berpeluncur roket, tembakan senapan mesin anti-pesawat, dan peluru tank ke sasaran di lereng bukit, persenjataan Rusia menghasilkan awan debu di Benteng Paramacay, sebuah pangkalan kendaraan lapis baja.

Maduro mengatakan bahwa pertunjukkan tersebut memberitahu dunia bahwa ia mendapat dukungan militer dan angkatan bersenjata Venezuela yang siap membela negara. Maduro mengatakan Guaido mengambil bagian dalam kudeta yang diarahkan oleh penasihat kebijakan garis keras Trump, termasuk veteran Perang Dingin John Bolton dan Elliott Abrams.

“Tidak ada yang menghormati sosok yang lemah, pengecut, pengkhianat. Di dunia ini, yang dihormati adalah keberanian dan kekuatan,” kata Maduro. “Tidak ada yang bahkan berpikir untuk menginjak tanah suci ini. Venezuela menginginkan perdamaian,” katanya. “Untuk menjamin perdamaian, kita harus siap.”

Mulai tanggal 10 hingga 15 Februari 2019, militer Venezuela merencanakan latihan yang lebih besar yang digambarkan Maduro sebagai “yang paling penting dalam sejarah Venezuela.” Unjuk kekuatan tersebut disertai dengan kampanye publisitas pemerintah secara online berdasarkan slogan “Selalu Setia, Tidak Pernah Menjadi Pengkhianat,” dan dilanjutkan dengan pembelotan besar-besaran oleh diplomat militer utama negara itu di Amerika Serikat pada hari Sabtu (26/1).

Baca Artikel Selengkapnya di sini
 
Status
Not open for further replies.
Loading...
Top